Jumat, 18 Desember 2009

DO'A BERSERAH DIRI KETIKA KELUAR RUMAH

Makalah

“Do’a Berserah Diri Tatkala Keluar Rumah”


Di susun oleh:
Fedi Moh. Ghifary A.


Dosen :
Gun gun Abdul Basit, S.Ag



SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
PERSATUAN ISLAM - GARUT
2009





بسم الله الرحمن الرحيم

عَنْ أَنَسٍ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا خَرَجَ الرَّجُلُ مِنْ بَيْتِهِ فَقَالَ بِسْمِ اللهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللهِ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ قَالَ يُقَالُ حِيْنَئِذٍ هُدِيْتَ وَكُفِيْتَ وَوُقِيْتَ فَتَتَنَحَّى لَهُ الشَّيَاطِيْنُ فَيَقُوْلُ لَهُ شَيْطَانٌ اَخَرُ كَيْفَ لَكَ بِرَجُلٍ قَدْ هُدِيَ وَكُفِيَ وَوُقِيَ . )رواه أبو داود الترمذي وابن ماجه وأحمد(

“Dari Anas r.a. katanya Rasulullah s.a.w. bersabda:"Barangsiapa yang mengucapkan, yakni ketika keluar dari rumahnya: Bismillah, tawakkaltu 'alallah wala haula wala quwwata illabitlah - artinya: Dengan menyebut nama Allah, saya bertawakkal kepada Allah dan tiada daya serta tiada kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah, maka kepada orang itu dikatakanlah: "Engkau telah diberi petunjuk, telah pula dicukupi keperluanmu, jika telah diberi penjagaan. Syaitanpun menyingkirlah dari orang tersebut.maka syaitan yang lain berkata : bagaimana kamu bisa menggoda orang itu sedang dia telah diberikan petunjuk, diberikan kecukupan, dan dilindungi." (Diriwayatkan oleh Abu Dawud, Tirmidzi ,Ibnu Majah, dan ahmad.)

a. Pengesahan Hadits :

Diriwayatkan oleh Abu Dawud (5905), at-Tirmidzi (3486), Ibnu Majah, dan Ahmad , melalui jalan Ibnu Juraij, dari Ishaq bin Abdullah bin Abi Thalhah.
Imam Nawawi mengatakan, “sanad hadits ini shahih dengan Para rijal (perawi) yang tsiqah, namun Ibnu Juraij ini seorang yang suka menyembunyikan kelemahan hadits ini seorang yang suka menyembunyikan kelemahan hadits. Dia menggunakan perkataan “’an Fulan” (dari si fulan),namun dalam meriwayatkan hadits ini dia telah menggunakan kata-kata “haddatsana” (fulan telah menceritakan kepada kami), sebagaimana yang dikemukakan oleh ad-Daraquthni yang dinukilnya dari al-Hafidz dalam kitab Nataa-Ijul Afkaar”(I/ 164-165)
Hadits ini mempunyai syahid dengan sanad yang kuat dan derajatnya mursal. Diriwayatkan oleh al-Hafizh dalam kitab Nataa-Ijul Afkaar (I/ 164-165)

b. Mufradat
- وُقِيْتَ : Dijaga dari segala macam kejahatan.
- تَتَنَحَّى : Cenderung ke salah satu arah dan menjauh dari jalannya.

c. Kandungan Hadits
Dalam hadits di atas jelas sekali bahwa jika seseorang keluar rumah dan ia membaca doa : : “Bismillah, tawakkaltu 'alallah wala haula wala quwwata illabitlah” Nabi menyebutkan bahwa orang itu telah diberi petunjuk, telah pula dicukupi keperluanmu, jika telah diberi penjagaan. Bahkan syaitanpun menyingkir dari orang tersebut. Itulah mungkin keutamaan bagi orang yang selalu berserah diri kepada Allah (tawakkal). Dalam al-Quran juga disebutkan :
وَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ وَكِيلًا
“Dan, tawakallah kepada Allah. Cukuplah Allah sebagai pelindung.” (QS. An-Nisa’:81)
وَعَلَى اللَّهِ فَتَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
“Dan hanya kepada Allah hendaknya kalian bertawakal, jika kalian benar-benar orang yang beriman.” (QS. Al-Maidah:23)
وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
“Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. Ath-Thalaq:3)
فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
“Kemudian apabila kalian telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.” (QS. Ali Imran:159)
Bahkan Allah menjadikan tawakal sebagai salah satu sifat orang-orang Mukmin yang fundamental.
قُلْ لَنْ يُصِيبَنَا إِلَّا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَنَا هُوَ مَوْلَانَا وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ
“Katakanlah, ‘Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang teah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah Pelindung kami, dan hanyalah kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.” (QS. At-Taubah 9:51)
Dan dalam kesempatan kali ini penulis akan membahas mengenai tawakkal ini :

1. Hakikat Tawakal
Mengenai tawakkal ini, Bisyr Al-Hafy berkata, “Andaikata seseorang benar-benar bertawakal kepada-Nya, tentu dia ridha terhadap apa yang dilakukan Allah terhadap dirinya.”
Tawakal adalah berserah diri kepada ketetapan dan takdir Allah dalam setiap keadaan. Jika dia bertawakal dengan sebenar-benarnya tawakal, berarti ridha terhadap apa pun yang dilakukan pelindungnya.
Abu Turab An Bakhsyaby berkata, “Tawakal adalah jika diberi dia bersyukur dan jika ditahan dia bersabar.”
Tawakal tidak benar kecuali disertai pelaksanaan sebab. Jika tidak, maka itu batil dan merupakan tawakal yang rusak.
Orang yang bertawakal merasa tenang karena ada janji Allah, orang yang berserah diri cukup dengan pengetahuan tentang Allah dan orang yang pasrah ridha terhadap hikmah Allah.
Muslim yang bertawakal bukan berarti mengabaikan upaya mencari rezki. Mereka tetap berusaha dan mengeluarkan jerih payahnya. Tetapi mereka merasa tenang, karena yakin tak seorang pun yang akan memakan bagian rezkinya yang telah ditentukan Allah baginya.
Diantara buah tawakal, bahwa tatkala orang yang bertawakal kepada Allah dengan menyodorkan sebagian sebab seperti yang telah diperin-tahkan dan sesuai dengan kesanggupannya, maka apa yang ada di luar kekuatannya akan disempurnakaan oleh kekuasaan Ilahy Yang Mahatinggi.

2. Tawakal tidak menafikan pertimbangan sebab (Ikhtiar)
Ada seorang laki-laki datang sambil membawa onta betina miliknya, seraya bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah saya harus membiarkan onta ini dan saya bertawakal, ataukah saya harus mengikatnya dan bertawakal?” Beliau menjawab, “Berilah tali kekang dan bertawakallah.”
Rasulullah bersabda “Andaikata kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakal, niscaya Dia akan memberi kalian rezki sebagaimana Dia memberikan rezki kepada burung, yang pergi dalam keadaan perut kosong dan kembali lagi dalam keadaan kenyang.”
Sabda beliau ini mengisyaratkan adanya sebab. Allah tidak memberi jaminan kekenyangan kepada burung yang pergi kecuali kepergiannya itu untuk aktif bergerak dan menyebar untuk mencari makan.

3. Buah tawakal kepada Allah
a. Ketenangan dan Ketentraman
Karena meyakini adanya pertolongan dari Allah untuk menyem-purnakan apa yang ada diluar kekuatannya.
b. Kekuatan
Yaitu kekuatan spiritual dan jiwa yang melebihi kekuatan material, kekuatan senjata maupun kekuatan uang. Kekuatan ini yang menjadi berkah bagi seorang muslim dalam menghadapi berbagai persoalan / masalah / ancaman yang dihadapinya.
“Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah, berkata, ‘Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar’. Tatkala Jalut dan tentaranya telah tampak oleh mereka, mereka pun berdoa, “Ya Rabb kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir’. Mereka (tentara Thalut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah.” (QS. Al-Baqarah 2:249-251)
c. Keperkasaan
Orang yang bertawakal adalah orang yang perkasa sekalipun tanpa dukungan. Hati mereka bergantung kepada Allah, tidak membutuh-kan kecuali rahmat-Nya dan tidak takut kecuali adzab-Nya.
d. Ridha
Sebagian ulama berkata, “Selagi aku ridha kepada Allah sebagai pelindung, maka kudapatkan jalan untuk setiap kebaikan.
e. Harapan
Orang yang bertawakal kepada Allah tidak mengenal rasa putus asa di dalam hatinya. Sebab Al-Qur’an sudah mengajarinya bahwa keputusasaan merupakan benih kesesatan dan kufur.
“Ibraham berkata, ‘Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Allah kecuali orang-orang yang sesat.” (QS. Al-Hijr :56)
Seorang muslim senantiasa memiliki harapan untuk memperoleh keberuntungan yang diminta, keselamatan dari sesuatu yang tidak disukai, kemenangan kebenaran atas kebatilan, petunjuk atas kesesatan, keadilan atas kezhaliman dan kesulitan yang lenyap.
Wahai orang yang dizhalimi dan kalah, wahai orang yang dianiaya dan kesulitan, wahai orang yang terluka dan ditimpa bencana, janganlah engkau putus asa, sekalipun banyak rintangan yang menghadang di depanmu. Sesungguhnya Dzat yang mengetahui hal-hal yang gaib, yang mengampuni dosa dan membalik hati, akan menyingkirkan kesusahan darimu, mewujudkan apa yang engkau minta, sebagaimana penyakit yang akhirnya dijauhkan dari dir Ayyub dan kembalinya Yusuf kepada Ya’qub.

4. Pendorong-pendorong Tawakal
1. Mengetahui Allah dengan Asma’ul Husna-Nya
Barangsiapa mengetahui Allah sebagai Rabb yang pengasih dan penyayang, yang perkasa, bijaksana, mendengar, mengetahui, hidup, berdiri sendiri, kaya, terpuji, melihat, berkuasa, pemberi rezki, kuat, tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi dari pengeta-huan-Nya, tidak ada sesuatu pun yang membuat-Nya lemah, bias berbuat apa pun yang Dia inginkan dan kehendaki di masa lalu atau pun yang akan datang, maka dia tentu merasa terdorong untuk bersandar dan bertawakal kepada-Nya.
Siapapun yang lebih mengetahui Allah dan sifat-sifat-Nya, maka tawakalnya lebih benar dan lebih kuat.
2. Percaya kepada Allah
Percaya kepada Allah merupakan buah pengetahuan. Jika seseorang mengetahu Allah dengan sebenar-benarnya, tentu dia akan percaya kepada-Nya secara utuh, jiwanya menjadi tenang dan hatinya menjadi tentram.
Gambarannya adalah bercaya bahwa Dia lebih menyayangi hamba-hamba-Nya, melebihi rasa kasih saying orang tua kepada anaknya dan bahka Dia lebih santun terhadap mereka daripada kesantunan mereka terhadap dirinya sendiri. Dia lebih mengetahui kemaslaha-tan mereka daripada pengetahuan mereka sendiri.
Gambaran lain adalah percaya kepada janji yang disebutkan Allah di dalam Kitab-Nya, bahwa Dia adalah pelindung orang-orang yang beriman, pendukung dan penyelamat mereka. Dia senantiasa bersama mereka untuk memberi pertolongan dan Dia tidak akan mengingkari janji.
Gambaran lain adalah percaya kepada jaminan rezki yang diberikan kepada makhluk-Nya.
“Sesungguhnya Allah, Dialah Maha Pemberi rezki, Yang Mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.” (QS. Adz-Dzariyat:58)
3. Mengetahui Diri Sendiri dan Kelemahannya
Orang yang jauh dari tawakal adalah yang terperdaya oleh keadaan dirinya sendiri, yang mengagumi ilmunya, yang bangga dengan kekuatannya, yang tertipu dengan kekayaan yang dimilikinya, yang mengira bahwa dia tidak lagi membutuhkan Allah.
“Ketahuilah, sesungguhnya manusia itu benar-benar melampaui batas, karena dia melihat dirinya serba cukup.” (QS. Al-Alaq’:6-7)
Tawakal bias digambarkan dari orang yang merasa membutuhkan kepada pelindung dan tidak mungkin baginya untuk tidak membutuhkannya sekalipun hanya sekejap mata.
4. Mengetahui Keutamaan Tawakal
“Dan, barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. Ath-Thalaq:3)
5. Hidup bersama Orang-orang yang Bertawakal.
Dalam hadits di atas Imam Nawawi menyimpulkan bahwa :
1. Keutamaan tawakkal kepada Allah yang Mahaperkasa lagi Mahamulia, serta berlindung kepadanya. Sesungguhnya tawakkal itu merupakan benteng yang kokoh, yang memelihara setiap muslim dari tipu daya syaitan.
2. Hendaklah seorang hamba memulai kehidupan di luar rumah dengan berdzikir kepada Allah dan bertawakkal serta menyerahkan segala urusan kepadanya.
3. Tidak ada daya dan upaya bagi seorang hamba dalam segala urusannya melainkan hanya dengan pertolongan Allah semata.
4. Pemeliharaan dan penjagaan yang diberikan Allah swt. kepada orang-orang yang beriman dari gangguan syaitan.
5. Ketidakmampuan syaitan untuk menggoda orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah swt. dan telah dia tanamkan kecintaan kepada keimanan serta keimanan itu dijadikan hiasan di dalam hatinya
6. Syaitan itu saling tolong menolong sesama mereka untuk menyesatkan umat manusia.
7. Disunahkan membaca do’a setiap kali keluar rumah, agar mendapatkan kebaikan yang terkandung di dalamnya dan ada berada di bawah perlindungan Allah swt. Barangsiapa menjaga perintah dan larangan Allah, maka dia akan selalu menjaganya (syarah Riyadush Sholihin :hl.266-267)
Dalam riwayat lain disebutkan :
عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ((مَنْ قَالَ يعني - إِذَا خَرَجَ الرَّجُلُ مِنْ بَيْتِهِ - : بِسْمِ اللهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللهِ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ , يُقَالُ لَهُ : هُدِيْتَ وَكُفِيْتَ وَوُقِيْتَ, وَتَنَحَّى عنََْهُ الشَّيَاطِيْنُ)). رواه أبو داود الترمذي والنسائى وغيرهم. وقَالَ الترميذي : حديث حسن, زاد أبو داود : ((فَيَقُوْلُ : - يعني : الشَيْطَانُ. لِشَيْطَانِ اَخَرِ : كَيْفَ لَكَ بِرَجُلٍ قَدْ هُدِيَ وَكُفِيَ وَوُقِيَ ؟.))
“Dari Anas r.a. ia berkata, Rasulullah s.a.w. bersabda:"Barangsiapa yang mengucapkan, yakni ketika keluar dari rumahnya: ‘Dengan menyebut nama Allah, saya bertawakkal kepada Allah dan tiada daya serta tiada kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah’, maka kepada orang itu dikatakanlah: "Engkau telah diberi petunjuk, telah pula dicukupi keperluanmu, jika telah diberi penjagaan. Syaitanpun menyingkirlah dari orang tersebut. ( Diriwayatkan oleh Abu Dawud, Tirmidzi ,an-Nasa-i, dan lain-lain. Tirmidzi menyatakan :”Hadits ini Hasan” Abu dawud menambahkan : “maka dia berkata - yakni syaitan – kepada syatan yang lain : bagaimana kamu bisa menggoda orang itu sedang dia telah diberikan petunjuk, diberikan kecukupan, dan dilindungi.?")

Do’a yang diajarkan Nabi dalam riwayat lain disebutkan :

عَنْ أُمِّ المُؤْمِنِينَ أَمِّ سَلَمَةَ, وَاسْمُهُ هِنْدٌ بِنْتُ أَبِي أُمَيَّةَ حُذَيْفَةَ المَخْزُومِيَّةُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أنّ النّبي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا خَرَجَ مِنْ بَيْتِهِ قَالَ : ((بِسْمِ اللهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللهِ, اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ أَنْ أَضِلَّ، أَوْ أُضَلَّ، أَوْ أَزِلَّ، أَوْ أُزَلَّ، أَوْ أَظْلِمَ، أَوْ أُظْلَمَ، أَوْ أَجْهَلَ، أَوْ يُجْهَلَ عَلَيَّ)). حديث صحيح. رواه أبو داود والترمذي وغيرهما بأسانيد صحيحة. قال الترميذي: حديث حسن صحيح وهذا لفظ أبو داود
“Dari Ummul Mukminin, Ummu Salamah, yang nama sebenarnya adalah Hindun binti Abi Umayyah Hudzaifah al-Makhumiyyah r.a., bahwa Nabi saw. Jika keluar rumah, maka beliau selalu membaca :” Dengan menyebut nama Allah, saya bertawakkal kepada Allah, Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari menyesatkan atau disesatkan; dari menggelincirkan atau digelincirkan; dari menganiaya atau dianiaya; dari membodohi atau saya dibodohi (orang lain)”. (Hadits shahih yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, at-Tirmidzi, dan lain-lain dengan sanad yang shahih. At-Tirmidzi menyatakan, “Hadits ini hasan shahih” dan lafadznya di atas milik Abu Dawud).

Setiap keluar rumah hendaklah selalu membaca doa. sebagaimana di sebutkan dari kedua hadits di atas. Adapun doa-doa yang diajarkan Nabi SAW, di antaranya yang disebutkan di atas :
1. بِسْمِ اللهِ، تَوَكَّلْتُ عَلَى اللهِ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ
“Dengan nama Allah, aku berserah diri kepada Allah. Tidak ada daya dan kekuatan selain dari Allah.” (H.R. Abu Daud, tirmidzy dan Nasai )
Maka dikatakan kepadanya saat itu:
((كُفِيْتَ وَوُقِيْتَ وَهُدِيْتَ فَتَتَنَحَّى عَنْهُ الشَّيْطاَنُ. فَقَالَ :كَيْفَ لَكَ بِرَجُلٍ قَدْ هُدِيَ وَكُفِيَ وَوُقِيَ))
“Engkau telah tercukupi, telah terjaga dan mendapatkan petunjuk. Kemudian syaitan berpaling dan berkata kepada yang lain:”Bagaimana kamu dapat menggoda dia, sedangkan dia telah mendapatkan petunjuk, tercukupi dan terjaga?"
2. بِسْمِ اللهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللهِ, اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ أَنْ أَضِلَّ، أَوْ أُضَلَّ، أَوْ أَزِلَّ، أَوْ أُزَلَّ، أَوْ أَظْلِمَ، أَوْ أُظْلَمَ، أَوْ أَجْهَلَ، أَوْ يُجْهَلَ عَلَيَّ.
” Dengan menyebut nama Allah, saya bertawakkal kepada Allah, Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari menyesatkan atau disesatkan; dari menggelincirkan atau digelincirkan; dari menganiaya atau dianiaya; dari membodohi atau saya dibodohi (orang lain)”. Doa Lain yang Diajarkan Nabi adalah:
3. اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ أَنْ أَضِلَّ، أَوْ أُضَلَّ، أَوْ أَزِلَّ، أَوْ أُزَلَّ، أَوْ أَظْلِمَ، أَوْ أُظْلَمَ، أَوْ أَجْهَلَ، أَوْ يُجْهَلَ عَلَيَّ.
“Dengan nama Allah, aku berserah diri kepada Allah. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari menyesatkan atau disesatkan; dari menggelincirkan atau digelincirkan; dari menganiaya atau dianiaya; dari membodoho atau saya dibodohi (orang lain) (H.R. Abu Daud dan Tirmidzy)
Melihat kedua hadits di atas bahwa setiap keluar rumah mesti membaca doa. Dimana itu merupakan adab seorang muslim. Tur Wahyudin menyebutkan sedikitnya ada 11 adab keluar dari rumah :
1. Sebelum keluar sebaiknya sudah melaksanakan salat dua rakaat sunat
2. Pastikan tidak ada bawaan yang tertinggal
3. jangan keluar dengan terburu-buru, karena terburu-buru itu adalah sifat syetan
4. Melangkah keluar rumah dengan kaki kiri, dan jika masuk rumah dengan mendahulukan kaki kanan
5. jangan pergi keluar rumah untu maksiyat kepada Allah
6. Jika akan berbuat maksiyat harus diurungkan niatnya
7. Jangan lupa membaca ta’awwudz, Basmalah dan doa keluar rumah
8. jangan keluar rumah tanpa pamit, karena Allah akan melaknat kepergiannya
9. Jangan bepergian kalau tidak ada keperluan yang penting
10. Keluar rumah untuk mencari nafkah karena Allah atau untuk melaksanakan amalan agama dianggap sebagai jihad fie sabilillah, jika meninggal di jalan akan mati syahid
11. Bagi wanita haram bepergian tanpa izin orang tua/suami dan dilarang bepergian sampai tiga hari tanpa disertai mahramnya.’Sabda آNabi SAW :
لَا يَحِلُّ لِامْرَأَةٍ تُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ أَنْ تُسَافِرَ سَفَرًا يَكُونُ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ فَصَاعِدًا إِلَّا وَمَعَهَا أَبُوهَا أَوِ ابْنُهَا أَوْ زَوْجُهَا أَوْ أَخُوهَا أَوْ ذُو مَحْرَمٍ مِنْهَا
“Diriwayatkan daripada Abu Said al-Khudri r.a katanya: Rasulullah s.a.w bersabda: Haram bagi seorang wanita yang beriman kepada Allah dan Hari Akhirat musafir, di mana perjalanannya melebihi dari tiga hari melainkan bersama ayah, anak lelaki, suami, saudara lelaki atau siapa sahaja mahramnya yang lain” (H.R. Bukhari-Muslim)

Abdul Aziz Bin Abdullah bin Baz berkata : “Barangsiapa membaca doa ini ketika keluar rumah maka ia tidak akan diganggu syetan dan terhindar dari bencana. Sama halnya ketika masuk rumah syaitanpun tidak bisa mengganggunya, bahkan syaitan yang lain berkata : tidak ada tempat menginap bagimu dan tidak pula engkau dapat makan malam. Sebagaimana disebutkan dalam hadits :
عَنْ جَابِرٍ بْنِ عَبْدِاللهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهَمَا قَالَ : سَمِعْتُ رَسَولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : (( إِذَا دَخَلَ الرَّجُلُ بَيْتَهُ فَذَكَرَاللهُ عِنْدَ دُخُوْلِهِ وَعِنْدَ طَعَامِهِ, قَالَ الشَّيْطَانُ : لاَ مَبِيْتَ لَكُمْ وَلاَ عَشَاءَ, وَإِذَا دَخَلَ فَلَمْ يَذْكُرِاللهََ عِنْدَ دُخُولِهِ قَالَ الشَّيْطَانُ : أَدْرَكْتُمُ المَبِيْتَ, وَإِذَا لمَْ يَذْكُرِ اللهَ عِنْدَ طَعَامِهِ قَالَ : أَدْرَكْتُمُ اْلمَبِيْتَ وَاْلعَشَاءَ))
“Dari Jabir bin Abdullah ia berkata: "Aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Apabila salah seorang di antara kamu masuk ke dalam rumah dan ketika makan dengan menyebut nama Allah, maka syaitan akan berkata: tidak ada tempat menginap bagimu dan tidak pula engkau dapat makan malam. Dan apabila ia masuk rumah tetapi tidak menyebut nama Allah, maka syaitan berkata: aku dapatkan darimu tempat menginap. Apabila tidak pula menyebut nama Allah tatkala makan, maka syaitan berkata: kalian dapatkan tempat menginap dan makan malam”. (HR. Muslim).

Dalam diriwayat dari Abu Malik Al Asy’ari ia berkata, bahwa Rasulullah bersabda:
“Apabila seseorang masuk ke dalam rumahnya, maka hendaklah ia mengucapkan:
((اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ خَيْرَ الْمَوْلِجِ وَخَيْرَ اْلمَخْرَجِ, بِسْمِ اللهِ وَلجَنْاَ وَبِسْمِ اللهِ خَرَجْنَا وَعَلَى اللهِ رَبَّنَا تَوَكَّلْنَا))
“Ya Allah, aku mohon kepada-Mu sebaik-baik tempat masuk dan sebaik-baik tempat keluar. Dengan menyebut nama Allah kami masuk dan dengan menyebut nama Allah kami keluar dan kepada Allah wahai Tuhan kami, kami berserah diri”. Kemudian memberi salam kepada keluarga (yang ada di dalam rumah). (HR. Abu Dawud dengan sanad hasan).( Abdul Aziz Bin Abdullah bin Baz 2007 48-50)



Maraji' :

-Media Itsar, E-Book Islami (materi-materi pembinaan Da’wah sekolah) “Tawakkal”. 2007
-Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilali, Terjemah Sharah Riyadhush Shalihin,tt. : Pustaka Imam Asy-Syafi’ai, Jilid 1, 2008
-http://groups.yahoo.com/group/assunnah/message/29926
-http://orido.wordpress.com/2007/04/23/doa-keluar-rumah/
-http://turwahyudin.wordpress.com/2008/04/28/adab-keluar-rumah/
-http://www.mail-archive.com/daarut-tauhiid@yahoogroups.com/msg02733.html

1 komentar: